Rabu, 25 Juni 2014

Krisis Air Saat Musim Kemarau, Tradisi Tiada Henti

Ada satu cerita menarik, mungkin bisa menjadi inspirasi kita semua..

Ini sebuah cerita tentang keterbatasan hidup dengan lingkungannya. Perjuangan mencari harta kehidupan untuk tetap bertahan. Harta yang bukan hanya sekedar uang..

Mereka menganggap uang bukan segalanya, tapi ada satu harta yang kita tidak dapat hidup tanpa dia.
Harta itu lebih susah didapat di lingkungannya. Namun di tempat lain harta ini selalu menjadi sesuatu yang disia-siakan keberadaannya.

Air..
Ya air lebih berharga dari apapun.
Banyak orang yang bilang "Lebih baik tidak makan daripada tidak minum".
Faktanya memang benar, kita tidak dapat menjalankan segala aktivitas tanpa air.

Tapi ada sebuah daerah di Jawa Tengah, tepatnya di Kab. Gunung Kidul, Kec. Tanjungsari. Dimana krisis air selalu menjadi tantangan kehidupan bertahun-tahun bagi masyarakatnya akibat bencana kekeringan.




Krisis Air ?
Bencana Kekeringan?

Kedua masalah itu seolah-olah selalu terabaikan untuk segera diatasi dengan berbagai solusi. Namun selama ini, pendekatan strategi, dan teknologi yang diaplikasikan tidak menyelesaikan esensi persoalan krisis air saat kekeringan secara utuh dan berkelanjutan. Akibatnya masih banyak masyarakat setempat yang terkena dampaknya.

Terbayang bagaimana dalam sehari-hari harus membeli air untuk minum, MCK, mencuci, dan lain-lain?
Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan?
Air itu tidak murah..

Hal itu yang menyebabkan masyarakat di Tanjungsari mempunyai perilaku sendiri dalam menggunakan air. Bantuan dari berbagai pihak belum mampu mencukupi kebutuhan ideal air di rumah tangga bagi masyarakat.

Di sisi lain, Tanjungsari ini merupakan daerah kawasan karst Gunungsewu yang memiliki tingkat kelarutan tinggi, sehingga air di permukaan langsung turun kedalam sungai bawah tanah. Kemudian aliran sungai ini mengalir bersama air laut di Pantai Baron. Kualitas air yang ada bersifat payau, dimana terasa asin apabila dikonsumsi, dan tidak dapat menghilangkan busa sabun untuk mencuci.

Bagaimana memanfaatkan potensi air payau atau laut untuk mengatasi krisis air?




Bagaimana solusi yang tepat?

Krisis air akibat bencana kekeringan tidak dapat dipandang sebelah mata, berdasarkan durasi kejadian, biaya, kerugian, dan waktu pemulihannya, kekeringan lebih berbahaya daripada bencana lainnya.

Namun ada sebuah strategi baru dengan menggunakan "Design for social impact"
Sebuah solusi berkelanjutan dengan menggunakan desain dalam pemecahannya.
Local genius solusi kreatif yang dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Pemanfaatan tenaga surya dalam penyulingan air payau menjadi air tawar siap konsumsi dapat dimaksimalkan pada pagi hari, dan energi panas dari tungku pada malam harinya.
Dengan adanya keterampilan masyarakat Tanjungsari dalam pengrajin kayu, menjadi pemberdayaan yang baik untuk sebuah produk yang berkelanjutan.